BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.
Kajian Teori
1.
Proses
Pembelajaran matematika
Pembelajaran
merupakan dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar yang terjadi sekaligus.
Mengajar nerupakan kegiatan menyampaikan pengetahuan yang dimiliki pada pada
siswa agar pengetahuan itu dapat dipahami. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas dalam menyerap informasi
dengan melibatkan fisik dan mental setelah belajar diharapkan seseorang
berfikir meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku
Belajar
mengajar merupakan kegiatan yang berbeda jika ditinjau dari subjek yang
melakukan kegiatan tersebut pada saat interaksi berlajar dan mengajar. Tetapi,
bila dihubungkankeduanya merupakan suatu kegiatan yang sejalan dan searah.
Proses
pembelajaran pada hakekatnyaadalah komunikasi yaitu proses penyampaian pesan
dari sumber pesan melalui media aturan tertentu kepada penerima pesan yang
dikomunikasikan adalah isi pelajaran ataupun pendidikan yang ada dalam
kurikulum. Sedangkan sumber pesan adalah guru dan menerima pesan adalah siswa,
pembelajaran dapat diartikan sesuatu komunikasiantara guru dan siswa yang merupakan dua kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam mencapai tujuan pengajaran
yang di terapkan
Pembelajaran
matematika yang diterapakan di sekolah hendaknya melibatkan siswa secara aktifdalam
proses pembelajaran, salah satunya upaya yang dilakukan guru pemilihan metode
yang tepat dan sesuai akan dapat mempelancar proses belajar dan mengaktifkan
siswa sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosanka. Hal
tersebut sesuai dengan penyataan yang di kemukakan oleh suedjadi, dia berpendapat
bahwa [1]“guru
sebagai pendidik lebih tergantung kepada dedikasi guru serta kreatifitasnya
setelah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai tempat’.
2.
Apersepsi
Matematika
adalah ilmu yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sebelum melanjutkan
suatu materi pelajaran yang baru sebaiknya guru dapat memotivasi siswa dengan
melakukan apersepsi agar siswa dengan mudah memahami materi yang akan
dipelajari.
Menurut J.F Herbart
(dalam Mulyono Abdurrahman 1990:30) apersepsi adalah suatu proses
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dalam diri anak.
Selanjutnya Syaiful Bahri Jamarah (2001:16) lebih jelas mengatakan bahwa
“apersepsi adalah suatu prinsip mengajar yang ikut membantu siswa memproses
belajar”, maksudnya prinsip ini bukan hanya dapat membantu siswa untuk
melakukan asosiasi tetapi juga mengadakan reproduksi terhadap pengalaman
belajar. Dengan prinsip ini, guru dapat membantu siswa untuk mengasosiasikan
ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya. Proses pengolahan pesan lebih mudah
dan cepat, serta pengetahuan yang di dapat siswa seolah-olah tidak terpisah
satu sama lain. Imam ali pandie :
[2]menyatakan sebelum memulai pelajaran yang baru sehingga menjadi
batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan
bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa-siswa beberapa pengetahuan yang
telah dikketahui dari pelajaran yang telah lalu atau dari pengalaman.
Jadi
apersepsi dapat menimbulkan motivasi belajar serta mempelancar jalannya proses
belajar mengajar, karena siswa sudah memiliki dasar dalam materi yang akan
diajarkan.
3.
Pemberian Tes
Apersepsi
Dengan
adanya apersepsi setiap kali proses belajar mengajar, maka dapat meningkatkan minat
belajar matematika siswa.
[3]Ahmad
Rahani mengatakan bahwa :
apersepsi itu dapat meningkatkan minat dan perhatian terhadap suatu
pengajaran” dimana sebelumnya pengajaran dimulai untuk menyajikan bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat
materi baru dengan pelajaran sebelumnya.
Imam ali Pandie menyatakan :
Guru
bisa mengukurnya dalam bentuk
pertanyaan”, Hal ini penting artinya
sebagai titik tolak untuk memulai bahan pelajaran baru. Itulah sebabnya pengajaran harus maju
setingkat, sehingga berlangsung secara kontinu[4].
Melihat
sampai dimana penguasaan siswa terhadap
materi yang sudah pernah di pelajarinya, makanya guru dapat menerbitkan
pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, lebih lanjut winarto Suratman
[5]menyatakan
bahwa “tes dapat menolong guru memotivasi siswa belajar”. Sebaliknya jika siswa
mengetahui bahwa dalam proses belajar mengajar yang mereka ikuti tidak diadakan
tes, maka siswa tersebut akan enggan untuk balajar.
Salah
satu bentuk yang dapat diberikan guru adalah tes apersepsi yang mana materi tes
tersebut adalah beban pelajaran yang telah dipelajari siswa sebelumnya untuk
melihat apakah siswa masih mengingat pelajaran sebelumnya, maka diberikan tes apersepsi.
S. Nasuition menyatakan
bahwa
tes apersepsi diberikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya
untuk memahami bahan yang baru dan memberikan rasa kepastian atas penguasaan, dengan
demikian ia mempunyai rasa percaya akan diri sendiri yang telah teguh untuk
menghadapi pelajaran selanjutnya[6].
Tes
apersepsi dilakukan guru sekitar 15 dengan 2-3 soal yang berbentuk soal essay,
pertanyaan yang yang diberikan dalam tes ini yaitu masalah materi pelajaran
yang sudah di pelajari oleh siswa sebelumnya yang berhubungan dengan pelajaran
yang akan di berikan tes aperepsi. Tes ini dilakukan setiap kali tatap muka di
dalam kelas.
B.
Kerangka Konseptual
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meneliti perbedaan hasil belajar matematika siswa,
yang diberi tes apersepsi secara tertulis dan tidak. Untuk itu diambil dua
kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas untuk kontrol, untuk kelas
eksperimen diberi tes apersepsi sedangkan kelas kontrol tidak.
Untuk
menunjang kerangka konseptual peneliti mengambarkan skema proses penelitian
yang dilakukan.
Keterangan:
KE : Kelas Eksperimen
: Nilai
Tambah KK : Kelas
Kontrol
KE : Kelas Eksperimen
C.
Hiptesis
Berdasarkan
kajian teoritis di atas dikemukakan hipotesis sebagai beriku:
“Hasil
belajar matematika siswa diberikan tes apersepsi secara tertulis lebih baik
dari pada yang tidak”.
[1]
Soejadi.(2000).Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.jakarta:Dirjendikti.hal:101
[2] Imamsyah
Alipandie.1984.Didaktik Metodik Pendidikan Umum.Surabaya:Usaha
Nasional.hal:23
[3] Ahmad
Rohani.1995.Pengelolaan Pengajaran.Jakarta:PT.Rineka Cipta.hal:26
[4] Imamsyah
Alipandie.1984.Didaktik Metodik Pendidikan Umum.Surabaya:Usaha
Nasional.hal:16
[5] Winarto
Suratman.1984.pengantar interaksi Mengajar dasar dan Teknik Metodologi
Pengajaran.Bandund:Tarsito.hal:153
[6]
S.Nasution.1992.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta:Bumi
Aksara.hal:59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar