Jumat, 18 Januari 2013

PROPOSAL BAB II




BAB II
KERANGKA TEORITIS

A.      Kajian Teori
1.      Proses Pembelajaran matematika
Pembelajaran merupakan dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar yang terjadi sekaligus. Mengajar nerupakan kegiatan menyampaikan pengetahuan yang dimiliki pada pada siswa agar pengetahuan itu dapat dipahami. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas dalam menyerap informasi dengan melibatkan fisik dan mental setelah belajar diharapkan seseorang berfikir meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang berbeda jika ditinjau dari subjek yang melakukan kegiatan tersebut pada saat interaksi berlajar dan mengajar. Tetapi, bila dihubungkankeduanya merupakan suatu kegiatan yang sejalan dan searah.
Proses pembelajaran pada hakekatnyaadalah komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media aturan tertentu kepada penerima pesan yang dikomunikasikan adalah isi pelajaran ataupun pendidikan yang ada dalam kurikulum. Sedangkan sumber pesan adalah guru dan menerima pesan adalah siswa, pembelajaran dapat diartikan sesuatu komunikasiantara  guru dan siswa yang merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam mencapai tujuan pengajaran yang di terapkan
Pembelajaran matematika yang diterapakan di sekolah hendaknya melibatkan siswa secara aktifdalam proses pembelajaran, salah satunya upaya yang dilakukan guru pemilihan metode yang tepat dan sesuai akan dapat mempelancar proses belajar dan mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosanka. Hal tersebut sesuai dengan penyataan yang di kemukakan oleh suedjadi, dia berpendapat bahwa [1]“guru sebagai pendidik lebih tergantung kepada dedikasi guru serta kreatifitasnya setelah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai tempat’.
2.      Apersepsi
Matematika adalah ilmu yang saling berhubungan satu sama lainnya. Sebelum melanjutkan suatu materi pelajaran yang baru sebaiknya guru dapat memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi agar siswa dengan mudah memahami materi yang akan dipelajari.
Menurut  J.F Herbart  (dalam Mulyono Abdurrahman 1990:30) apersepsi adalah suatu proses menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang ada dalam diri anak. Selanjutnya Syaiful Bahri Jamarah (2001:16) lebih jelas mengatakan bahwa “apersepsi adalah suatu prinsip mengajar yang ikut membantu siswa memproses belajar”, maksudnya prinsip ini bukan hanya dapat membantu siswa untuk melakukan asosiasi tetapi juga mengadakan reproduksi terhadap pengalaman belajar. Dengan prinsip ini, guru dapat membantu siswa untuk mengasosiasikan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya. Proses pengolahan pesan lebih mudah dan cepat, serta pengetahuan yang di dapat siswa seolah-olah tidak terpisah satu sama lain. Imam ali pandie :
[2]menyatakan sebelum memulai pelajaran yang baru sehingga menjadi batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa-siswa beberapa pengetahuan yang telah dikketahui dari pelajaran yang telah lalu atau dari pengalaman.
Jadi apersepsi dapat menimbulkan motivasi belajar serta mempelancar jalannya proses belajar mengajar, karena siswa sudah memiliki dasar dalam materi yang akan diajarkan.
3.      Pemberian Tes Apersepsi
Dengan adanya apersepsi setiap kali proses belajar mengajar, maka dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa.
 [3]Ahmad Rahani  mengatakan bahwa :
apersepsi itu dapat meningkatkan minat dan perhatian terhadap suatu pengajaran” dimana sebelumnya pengajaran dimulai untuk menyajikan  bahan pelajaran baru, guru diharapkan dapat materi baru dengan pelajaran sebelumnya.


Imam ali Pandie menyatakan :
Guru bisa mengukurnya  dalam bentuk pertanyaan”,  Hal ini penting artinya sebagai titik tolak untuk memulai bahan pelajaran baru.  Itulah sebabnya pengajaran harus maju setingkat, sehingga berlangsung secara kontinu[4].
Melihat sampai dimana penguasaan  siswa terhadap materi yang sudah pernah di pelajarinya, makanya guru dapat menerbitkan pertanyaan-pertanyaan  tentang pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya, lebih lanjut winarto Suratman [5]menyatakan bahwa “tes dapat menolong guru memotivasi siswa belajar”. Sebaliknya jika siswa mengetahui bahwa dalam proses belajar mengajar yang mereka ikuti tidak diadakan tes, maka siswa tersebut akan enggan untuk balajar.
Salah satu bentuk yang dapat diberikan guru adalah tes apersepsi yang mana materi tes tersebut adalah beban pelajaran yang telah dipelajari siswa sebelumnya untuk melihat apakah siswa masih mengingat pelajaran sebelumnya, maka diberikan tes apersepsi.
S. Nasuition menyatakan
bahwa tes apersepsi diberikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya untuk memahami bahan yang baru dan memberikan rasa kepastian atas penguasaan, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya akan diri sendiri yang telah teguh untuk menghadapi pelajaran selanjutnya[6].
Tes apersepsi dilakukan guru sekitar 15 dengan 2-3 soal yang berbentuk soal essay, pertanyaan yang yang diberikan dalam tes ini yaitu masalah materi pelajaran yang sudah di pelajari oleh siswa sebelumnya yang berhubungan dengan pelajaran yang akan di berikan tes aperepsi. Tes ini dilakukan setiap kali tatap muka di dalam kelas.
B.       Kerangka Konseptual
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti perbedaan hasil belajar matematika siswa, yang diberi tes apersepsi secara tertulis dan tidak. Untuk itu diambil dua kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas untuk kontrol, untuk kelas eksperimen diberi tes apersepsi sedangkan kelas kontrol tidak.
Untuk menunjang kerangka konseptual peneliti mengambarkan skema proses penelitian yang dilakukan.






                           

 
Keterangan:
KE : Kelas Eksperimen
               : Nilai Tambah            KK : Kelas Kontrol

C.      Hiptesis
Berdasarkan kajian teoritis di atas dikemukakan hipotesis sebagai beriku:
“Hasil belajar matematika siswa diberikan tes apersepsi secara tertulis lebih baik dari pada yang tidak”.


[1] Soejadi.(2000).Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.jakarta:Dirjendikti.hal:101
[2] Imamsyah Alipandie.1984.Didaktik Metodik Pendidikan Umum.Surabaya:Usaha Nasional.hal:23
[3] Ahmad Rohani.1995.Pengelolaan Pengajaran.Jakarta:PT.Rineka Cipta.hal:26
[4] Imamsyah Alipandie.1984.Didaktik Metodik Pendidikan Umum.Surabaya:Usaha Nasional.hal:16
[5] Winarto Suratman.1984.pengantar interaksi Mengajar dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran.Bandund:Tarsito.hal:153
[6] S.Nasution.1992.Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta:Bumi Aksara.hal:59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar